Growth Mindset sebagai Kunci Pembelajaran Masa Depan
Akselerasi transformasi teknologi menjadi aggregator utama yang menciptakan era perubahan di berbagai lini kehidupan dan bermuara para gaya hidup sampai prinsip hidup manusia kini. Maka, dari konteks ini, paradigma pembelajaranpun perlu mengalami perubahan mendasar. Salah satu pendekatan yang relevan dan efektif untuk menghadapi tantangan pembelajaran masa depan adalah konsep Growth Mindset. Diperkenalkan oleh Carol Dweck pada tahun 2006 dengan hasil riset panjangnya tentang Mindset: The New Psychology of Success, seorang profesor psikologi dari Universitas Stanford. Growth Mindset menekankan bahwa kecerdasan dan kemampuan seseorang dapat berkembang melalui upaya, strategi, dan pembelajaran dari kegagalan.
Growth Mindset bertolak belakang dengan Fixed Mindset, di mana individu dengan Fixed Mindset meyakini bahwa bakat dan kecerdasan bersifat tetap. Sebaliknya, individu dengan Growth Mindset percaya bahwa kecerdasan, kreativitas, dan kemampuan dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran. Konsep ini tidak hanya berdampak pada cara siswa belajar, tetapi juga pada pendekatan guru dalam mengajar. Menurut Dweck, ada tiga prinsip utama dalam Growth Mindset, yaitu belajar dari kegagalan, fokus pada proses, bukan hasil, serta komitmen pada pengembangan diri.
Pembelajaran masa depan membutuhkan keterampilan yang lebih dari sekadar menguasai konten. Dibutuhkan pemikiran kritis, kreativitas, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang cepat. Growth Mindset memungkinkan peserta didik menghadapi tantangan dengan cara yang lebih positif dan konstruktif. Dalam konteks
pendidikan
Ada beberapa alasan mengapa Growth Mindset perlu diterapkan dalam pembelajaran masa depan, yaitu mendorong daya tahan mental (resilience), memupuk kreativitas dan inovasi, serta memperkuat motivasi intrinsik.
Menerapkan Growth Mindset dalam pembelajaran memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, terutama guru, siswa, dan orang tua. Beberapa langkah praktis yang dapat diambil adalah memberikan umpan balik yang konstruktif, mendorong refleksi diri, mengajarkan ketekunan dan ketahanan mental, serta menciptakan lingkungan belajar yang mendukung risiko. Dengan langkah-langkah tersebut, peserta didik dapat mengembangkan pola pikir berkembang yang mendorong keberanian untuk menghadapi tantangan.
Tantangan Implementasi Pendekatan Growth Mindset
Meskipun Growth Mindset memiliki banyak manfaat, penerapannya tidak selalu mudah. Beberapa tantangan yang sering muncul antara lain adalah mentalitas lama yang sulit diubah, lingkungan pembelajaran yang kurang fleksibel, serta kekurangan pelatihan bagi guru. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk kebijakan pendidikan yang lebih fleksibel serta pelatihan guru yang memadai.
Pembelajaran masa depan menuntut perubahan paradigma dari pola pikir tetap (Fixed Mindset) menuju Growth Mindset. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik untuk lebih adaptif, inovatif, dan tidak takut menghadapi tantangan baru. Dengan dukungan dari guru, orang tua, dan pembuat kebijakan, Growth Mindset dapat menjadi kunci sukses dalam menciptakan generasi pembelajar yang tahan banting, kreatif, dan terus berkembang. Masa depan tidak bisa diprediksi, tetapi pola pikir kita dapat disiapkan.
Bagi Guru, murid dan orang tua, kesadaran diri untuk memilih Growth Mindset menjadi keharusan. Ketiga pemeran utama dalam keberlangsungan
Pendidikan
Ini harus seiring sejalan untuk mendukung proses pembelajaran dimanapun dan bersama siapapun. Pola pikir tumbuh akan senantiasa melihat proses sebagai hal yang sangat berharga untuk terus dilakukan. Support dari orang tua di lingkungan keluarga sangat penting untuk menguatkan tujuan pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Sehingga, penanaman prinsip Growth Mindset akan menguat pada diri peserta didik.
Menggeser Fix Mindset ke Growth Mindset
Tantangan berikutnya dalam implementasi pendekatan ini adalah upaya menggeser mindset tetap ke mindset tumbuh. Persepsi yang sudah membelenggu pada diri kita tentang suatu hal sebagai sebuah kesimpulan hari ini akan menjadi constraint atau batasan untuk kita melangkah kea rah perubahan. Fix Mindset yang terus dipelihara akan menjadi prinsip hidup seseorang. Ketika sudah menjadi prinsip hidup maka seseorang akan senantiasa mencari alasan untuk tidak mengambil resiko dalam setiap keputusan baru, menghindari dari tantangan baru yang belum ia kenali sebelumnya, dan terus mengelak dengan segala perubahan yang ada. Prinsip Fix Mindset ini dalam Bahasa lain adalah pilihan seseorang untuk berada pada zona nyaman hari ini dan keengganan untuk mempersiapkan kompetensi dan skil untuk menghadapi masa depan yang dipastikan akan berubah.
Pergeseran mindset dari fix ke growth membutuhkan treatmen berkelanjutan. Prinsip kuat yang sudah mengakar di sisi Fix harus terus diimbangi dengan Pendidikan, pelatihan, diskusi, pergaulan di organisasi dan praktek langsung di lapangan bagaimana membangun kesadaran diri untuk beradaptasi dengan perubahan situasi. Bagi seorang guru, menggeser fix mindset ke growth mindset dapat tercermin dengan sikap terbuka untuk menerima perubahan kurikulum, model pembelajaran, maupun gaya belajar siswa hari ini. Karena masing-masing generasi memiliki karakteristik yang berbeda sehingga berdampak pada perubahan gaya belajar mereka. Terlebih, di tahun 2025, kita juga akan menyambut generasi Beta dengan segala karakteristik yang dapat diprediksi penuh kedekatan dengan penggunakan perangkat teknologi Tingkat tinggi sebagai kelanjutan generasi sebelumnya yaitu generasi alfa. Internet of Things, dunia Metaverse dan Artificial Intelligence Tingkat tinggi akan menjadi penciri di generasi Alfa dan Beta. Sehingga, seorang guru yang
mendidik
Generasi ini butuh kecanggihan model pengajaran agar mereka tetap bisa menjadi pribadi tangguh dan produktif di masa mendatang.
Pergeseran dari Mindset Tetap ke Mindset Tumbuh lahir dari kesadaran diri bahwa seseorang harus senantiasa survive dan adaptif. Kedua kesadaran ini akan menghantarkan seseorang untuk siap belajar kepada siapapun dan dimanapun. Sense of curiosity atau rasa keingintahuan tinggi terhadap informasi baru dan ilmu baru akan mengajak seseorang melakukan academic adventure yang tak berkesudahan. Maka, dari academic adventure itu, seseorang akan menemukan cara baru untuk menghasilkan formula hidup yang harus ia lakukan terlebih prinsip hidup yang harus ia miliki.
( Tat/Azhari )